Liputan6.com, Jakarta - Toko Kopi TUKU, pelopor tren kopi susu gula aren yang telah berusia 10 tahun, siap memperluas jejaknya ke kancah internasional dengan membuka cabang di Amsterdam, Belanda, pada tahun 2025. Selain ekspansi global, TUKU juga berencana membuka cabang di Bali tahun ini. Langkah ini menunjukkan ambisi TUKU untuk membawa cita rasa dan cerita Indonesia ke panggung dunia, sekaligus membuktikan potensi brand kuliner lokal.
Didirikan pada tahun 2015 dari sebuah kios kecil di Cipete, TUKU kini telah berkembang pesat. Perusahaan ini mengelola lebih dari 1.040 barista, dengan rata-rata penjualan 78 ribu gelas kopi per hari, dan menargetkan 72 toko di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, serta Yogyakarta pada akhir 2025. CEO dan Founder TUKU, Andanu Prasetyo, menyatakan bahwa ekspansi ke Amsterdam bukan hanya pencapaian, tetapi juga pembuktian bahwa rasa dari Indonesia dapat diterima secara global.
Selain fokus pada ritel, TUKU juga berkomitmen pada keberlanjutan dari hulu ke hilir. Melalui unit "Beragam", TUKU menjalin kemitraan dengan 630 petani kopi dan 275 petani gula aren. Mereka juga meluncurkan program agroforestri "Bersemi" yang telah menanam lima ribu pohon di tiga wilayah konservasi. Chief Experience Officer TUKU, Vella Siahaya, menegaskan semangat gotong royong sebagai fondasi pertumbuhan perusahaan.
Secara finansial, PT Karya Tetangga Tuku─induk perusahaan TUKU─menunjukkan performa yang mengesankan. Mereka mencatat pertumbuhan profit tahunan sebesar 356 persen dan rata-rata pertumbuhan laba bersih 141 persen dalam tiga tahun terakhir, menjadikannya salah satu brand kopi lokal dengan pertumbuhan tercepat dan paling berkelanjutan di Indonesia. Pendapatan tahunan juga melonjak 88 persen, dengan rata-rata pertumbuhan tiga tahun mencapai 49 persen. Komisaris Utama PT Karya Tetangga Tuku, Aryo Widiwardhono, menekankan bahwa pertumbuhan ini didasari oleh integritas dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.
Sebelumnya, TUKU menarik perhatian publik dengan mengakuisisi hak penamaan Stasiun MRT Cipete Raya, yang kini dikenal sebagai Stasiun Cipete Tuku. Langkah strategis ini merupakan bagian dari upaya branding inovatif TUKU untuk meningkatkan eksposur merek di tengah masyarakat urban Jakarta. Menurut Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta, Farchad Mahfud, hak penamaan stasiun menyumbang hingga 50 persen dari total pendapatan non-fare box perusahaan. Biaya untuk hak penamaan Stasiun Cipete Tuku diperkirakan berkisar antara Rp3-5 miliar.
Komentar
Posting Komentar