Langsung ke konten utama

PEMEKARAN JABAR JADI 5 PROVINSI: ASPIRASI PUBLIK ATAU MANUVER POLITIK?

    


    Bandung, 28 Juni 2025 — Gagasan pemekaran Provinsi Jawa Barat kembali mengemuka. Kali ini, tidak tanggung-tanggung, muncul usulan pembentukan lima provinsi baru: Sunda Pakuan, Sunda Galuh, Sunda Priangan, Sunda Caruban, dan Sunda Taruma (Bagasasi). Wacana ini mencuat dari dorongan sejumlah tokoh dan anggota legislatif yang menilai bahwa pemekaran merupakan solusi atas masalah ketimpangan pelayanan publik di provinsi terpadat di Indonesia ini. Namun, di tengah harapan yang disuarakan, muncul pula pertanyaan kritis: benarkah ini murni aspirasi rakyat, atau ada kepentingan politis di baliknya?

    Dikutip dari detikJabar, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Faiz Rahman, menyampaikan bahwa pihaknya membuka ruang terhadap segala bentuk aspirasi masyarakat. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa tidak semua aspirasi dapat langsung menjadi usulan resmi. Prosesnya membutuhkan kajian yang menyeluruh dan harus memenuhi sejumlah persyaratan administratif serta substansi yang ditetapkan pemerintah pusat.

    Gagasan pemekaran tersebut mencakup pembentukan lima wilayah otonom baru, yakni Sunda Pakuan, Sunda Galuh, Sunda Priangan, Sunda Caruban, dan Sunda Taruma atau Bagasasi. Argumen yang dibangun adalah perbaikan pelayanan publik agar lebih efektif dan merata, mengingat luas serta padatnya wilayah Jawa Barat yang kerap kali menjadi kendala dalam distribusi pembangunan dan pelayanan administratif. Namun, Faiz menegaskan bahwa kajian pemekaran harus dilakukan secara serius. Ia menyoroti pentingnya analisis akademik dan sosiologis, evaluasi terhadap kesiapan infrastruktur, kondisi fiskal, hingga daya dukung sumber daya manusia. Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak akan terburu-buru mendorong usulan ke pemerintah pusat tanpa landasan kajian yang kuat dan menyeluruh.

    Di sisi lain, Komisi I DPRD Jawa Barat menjadi pihak yang paling vokal dalam mendorong gagasan ini. Mereka bahkan menyebutkan bahwa wilayah Cirebon Raya sebelumnya telah mencapai tahap pengajuan resmi ke Kemendagri sebelum kebijakan moratorium pemekaran diberlakukan. Saat ini, Komisi I DPRD Jawa Barat sedang menyiapkan forum diskusi publik yang akan menghadirkan tokoh masyarakat, akademisi, hingga perwakilan pemerintah pusat guna membahas potensi dan tantangan pemekaran secara objektif. Meski demikian, tak sedikit pihak yang meminta kehati-hatian. Beberapa pakar menilai bahwa jika tidak dilakukan dengan perencanaan matang, pemekaran justru berisiko menimbulkan masalah baru, mulai dari pembengkakan anggaran, tumpang tindih kewenangan, hingga konflik identitas yang dapat memecah kesatuan sosial.

    Kini, bola panas berada di tangan Pemerintah Provinsi dan DPRD Jawa Barat. Jalan menuju pemekaran harus dibangun di atas landasan akademik, partisipasi publik, dan integritas politik. Tanpa itu, pemekaran hanya akan menjadi proyek elitis yang jauh dari semangat otonomi daerah sejati. Aspirasi masyarakat harus direspons secara proporsional dan bertanggung jawab, bukan dijadikan komoditas politik semata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapolri Tasikmalaya Diberikan Ultimatum Untuk Membuat Keputusan Oleh Pendemo

Kota Tasikmalaya, Rabu (04/09) - Aliansi Tasikmalaya Mengecam Represif Kepolisian tidak akan berhenti sampai Kapolri beraksi. Para pendemo yang tidak puas dengan respon dari Kompol Iyus Ali Yusuf berkompromi dengan Kapolri agar mendorong pihak kepolisian untuk mengambil aksi. "Apabila lebih dari 24 jam kapolres Tasikmalaya tidak memberikan respon, maka kita akan kembali beraksi." Orator demo bernamakan Ujang Amin beserta dengan para anggota pendemo berjanji kepada Kapolri, menekan pihak kepolisian untuk merespon terhadap kejadian tersebut.

Permintaan maaf Kompol Iyus Ali Yusuf atas tindakannya

 Kota Tasikmalaya, Rabu (04/09) - Kompol Iyus Ali Yusuf meminta maaf kepada rakyat pendemo, "Saya serahkan kepada pimpinan karena saya punya pimpinan." Kompol Iyus Ali Yusuf yang sempat menjadi viral akibat aksinya yang tertangkap mendorong seorang mahasiswa saat demo meminta maaf secara publik setelah mendapatkan tekanan dari rakyat. "Terkait dengan tuntutan rekan-rekan, saya serahkan kepada pimpinan," Ucap Iyus Ali Yusuf, "karena saya punya pimpinan. Ada mekanisme yang harus dilalui." Kapolres AKBP Joko Sulistiono juga surut meminta maaf atas kejadian dan kesalahan rekannya. "Saya dari hati yang dari dalam meminta maaf," Ucap Pak Joko, "Kapolri Kota Tasikmalaya siap dievaluasi" Walaupun pihak kepolisian telah meminta maaf, para pendemo menolak permintaan maaf mereka atas tuntutan yang menginginkan Iyus Ali Yusuf untuk dipecat.

Penutupan MOKA-KU UPI Tasikmalaya 2024 di Gor Susi Susanti: Sukses Tanpa Kendala, 548 Mahasiswa Baru dinyatakan lulus

  Kota Tasikmalaya, (28/08) — Masa Orientasi Kuliah Umum (MOKA-KU) 2024 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Tasikmalaya resmi ditutup dengan penuh rasa syukur. Ketua Pelaksana MOKA-KU 2024, Ibu Srie Mulyati, yang juga merupakan dosen di kampus tersebut, mengungkapkan kegembiraannya atas kelancaran acara tahun ini. "Alhamdulillah, pelaksanaan MOKA-KU tahun ini tidak ada kendala yang signifikan. Dari hari pertama yang dibuka dengan upacara pembukaan, pengenalan dosen, pengenalan ORMAWA, dan expo UKM, hingga hari kedua dengan kegiatan ODWP (One Day With Prodi), serta hari terakhir yang dimeriahkan dengan penampilan mahasiswa baru dan lomba fashion show baju adat budaya Sunda," ujar Ibu Srie dalam pidatonya di acara penutupan. Selain itu, Lisnie Awalia Zahra, selaku Ketua Pelaksana Panitia MOKA-KU 2024, juga menyampaikan hasil keputusan terkait kelulusan peserta. "Berdasarkan MOKA-KU 2024 tentang kelulusan peserta, memutuskan bahwa 548 peserta dinyatakan lulus,...