Timur Tengah, 28 Juni 2025 — Gencatan senjata yang dideklarasikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump antara Israel dan Iran terancam gagal setelah Israel diduga melanggar kesepakatan hanya beberapa jam setelah diberlakukan.
Trump melalui Truth Social mengumumkan gencatan senjata akan berlaku pada Selasa, 24 Juni 2025 pukul 04.00 GMT, dengan Iran menghentikan operasi militer terlebih dahulu, disusul Israel dalam 12 jam (dilansir dari Kompas.com, 25 Juni 2025). Namun, beberapa jam kemudian, pasukan Israel dilaporkan tetap melakukan serangan terbatas di wilayah Suriah dan Irak-jalur suplai logistik milisi pro-Iran- Situasi ini menuai sorotan karena dianggap pelanggaran terhadap komitmen damai (sumber: Al Jazeera, 26 Juni 2025).
Sebelum kesepakatan damai diumumkan, konflik telah memasuki fase yang sangat kritis. Israel menggempur fasilitas-fasilitas nuklir strategis Iran seperti Natanz, Isfahan, dan Fordow, dengan dukungan intelijen dari Mossad serta persenjataan berat penghancur bunker. Akibat serangan ini, beberapa tokoh penting militer dan ilmuwan Iran dilaporkan menjadi korban (dilansir dari Time.com, 24 Juni 2025).
Hasil analisis Institute fot the Study of War menunjukan (27 juni 2025) infrastruktur nuklir Iran mengalami kerusakan, namun persediaan uranium yang telah diperkaya tetap aman. Hal ini menandakan bahwa program nuklir Iran hanya tertunda, bukan berakhir.
Di lain pihak, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyampaikan bahwa beberapa lokasi pengayaan kini tidak dapat dimonitor dan membutuhkan penyelidikan lebih lanjut terhadap kemungkinan dampak lingkungan.
Trump mengklaim bahwa kesepakatan ini menjadi titik awal dari proses perdamaian yang lebih besar. Akan tetapi, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari otoritas Iran maupun Israel yang membenarkan keterlibatan langsung mereka dalam proses diplomasi tersebut. Bahkan, Iran secara terbuka memperingatkan bahwa mereka dapat menarik diri dari kerja sama dengan IAEA dan mempercepat pengayaan nuklir tanpa pengawasan lembaga internasional (sumber: Reuters.com, 27 Juni 2025).
Ayatollah Ali Khamenei selaku Pemimpin Tertinggi Iran menegaskan bahwa negaranya akan memberikan respons tegas jika kesepakatan ini terus dilanggar. Ia memperingatkan baik Israel maupun Amerika bahwa Iran memiliki kemampuan untuk meningkatkan skala serangannya bila diperlukan.
Sementara itu, Amerika Serikat menyatakan siap mengundang Iran untuk melanjutkan dialog seputar masa depan program nuklir dan stabilitas kawasan (dilansir dari CNN International, 26 Juni 2025).
Hingga kini belum ada pernyataan resmi dari otoritas Iran maupun Israel yang membenarkan keterlibatan langsung mereka dalam proses diplomasi tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas dan legitimasi gencatan senjata yang dideklarasikan secara sepihak oleh Trump.
Komentar
Posting Komentar